Seorang anak telelap di samping ibunya di pos pengungsian balai desa Tlogo, Prambanan.
MUNTILAN, - Edi Santosa (7) penuh semangat membersihkan abu dan pasir vulkanik yang menumpuk di rumah seorang warga. Siswa kelas 2 SD ini yakin, setelah menuntaskan pekerjaannya, perutnya yang sudah sejak siang kemarin kosong, pasti akan terisi.
Ia berharap si empunya rumah memberinya makanan sebagai upah. "Kemarin sore makan mi instan. Tadi malam tidak makan, pun sekarang. Bapak lama tidak kerja. Bos bapak mengungsi," tutur putra pasangan Tholik (34) dan Mujinah (27), warga RT 01/RW 22, Dusun Wonosari, Gunungpring, Muntilan, Kamis (11/11/2010) siang.
Sambil sesekali menyeka keringat, Edi, demikian panggilannya, mengatakan bapaknya sudah enam hari ini menganggur. Pasalnya, toko tempat kerja sang kepala keluarga tersebut, memilih tutup.
"Pemiliknya mengungsi. Bapak jadi tidak punya uang untuk beli makan. Ibu dari dulu tidak kerja," ujarnya polos.
Dia pun berterus terang, orangtuanya tidak memiliki uang maupun bahan makanan. Karenanya, "Kalau lapar makan mie instan. Tapi sekarang sudah habis. Tadi pagi makan kelapa muda, dikasih ibu," kata Edi.
Dengan lirih, dia mengaku, membantu orangtuanya membersihkan pasir di rumah seorang warga agar bisa makan. "Untuk makan nanti sore, saya ikut bapak lagi membersihkan pasir di rumah warga lain," paparnya.
Ayahnya, Tholik, mengatakan, dia dan semua warga di desanya tidak diinstruksikan pejabat setempat untuk mengungsi. "Desa saya aman, jadi tidak mengungsi," tukasnya.
Namun kondisi yang dia alami justru lebih mengenaskan daripada pengungsi. Pasalnya, para pengungsi justru bisa makan enak dan teratur.
"Kami makan seadanya. Itu pun belum tentu sehari sekali. Minta makanan ke pengungsian tidak dikasih, karena kata petugas kami bukan pengungsi," ungkap Tholik. TRIBUNNEWS.COM,
MUNTILAN, - Edi Santosa (7) penuh semangat membersihkan abu dan pasir vulkanik yang menumpuk di rumah seorang warga. Siswa kelas 2 SD ini yakin, setelah menuntaskan pekerjaannya, perutnya yang sudah sejak siang kemarin kosong, pasti akan terisi.
Ia berharap si empunya rumah memberinya makanan sebagai upah. "Kemarin sore makan mi instan. Tadi malam tidak makan, pun sekarang. Bapak lama tidak kerja. Bos bapak mengungsi," tutur putra pasangan Tholik (34) dan Mujinah (27), warga RT 01/RW 22, Dusun Wonosari, Gunungpring, Muntilan, Kamis (11/11/2010) siang.
Sambil sesekali menyeka keringat, Edi, demikian panggilannya, mengatakan bapaknya sudah enam hari ini menganggur. Pasalnya, toko tempat kerja sang kepala keluarga tersebut, memilih tutup.
"Pemiliknya mengungsi. Bapak jadi tidak punya uang untuk beli makan. Ibu dari dulu tidak kerja," ujarnya polos.
Dia pun berterus terang, orangtuanya tidak memiliki uang maupun bahan makanan. Karenanya, "Kalau lapar makan mie instan. Tapi sekarang sudah habis. Tadi pagi makan kelapa muda, dikasih ibu," kata Edi.
Dengan lirih, dia mengaku, membantu orangtuanya membersihkan pasir di rumah seorang warga agar bisa makan. "Untuk makan nanti sore, saya ikut bapak lagi membersihkan pasir di rumah warga lain," paparnya.
Ayahnya, Tholik, mengatakan, dia dan semua warga di desanya tidak diinstruksikan pejabat setempat untuk mengungsi. "Desa saya aman, jadi tidak mengungsi," tukasnya.
Namun kondisi yang dia alami justru lebih mengenaskan daripada pengungsi. Pasalnya, para pengungsi justru bisa makan enak dan teratur.
"Kami makan seadanya. Itu pun belum tentu sehari sekali. Minta makanan ke pengungsian tidak dikasih, karena kata petugas kami bukan pengungsi," ungkap Tholik. TRIBUNNEWS.COM,
0 komentar:
Post a Comment