Salah Mengungsi, Satu Keluarga Hilang

Korban Merapi (AP Photo)

VIVAnews - Letusan Gunung Merapi membuat Gono Mulyono, warga Deles, Siderojo, Klaten. Ia tak pernah menyangka harus kehilangan istri, anak, serta 4 kerabatnya akibat keganasan awan panas (wedhus gembel).

Rasa kepedihan dan penyesalan masih menyelimuti raut muka Gono. Ia merasa bersalah karena telah memutuskan mengungsikan istri dan kedua anaknya ke tempat mertua di Bronggang, Cangkringan, yang justru merupakan daerah berbahaya dari 'sapuan' Wedhus Gembel.

"Awalnya kami sekeluarga mengungsi di Deles, Klaten. Namun karena tempat pengungsi cukup padat, saya memutuskan untuk membawa istri dan kedua anak saya ke rumah mertua di Bronggang," tuturnya saat berbincang dengan VIVAnews di ruang Forensik RS Sardjito, Yogyakarta, Selasa 9 November 2010.

Selain karena tempat pengungsi yang padat dan kurang nyaman bagi kesehatan kedua anaknya yang masih kecil, Gono juga memikirkan faktor keselamatan keluarganya dari ancaman letusan Merapi. "Maka saya putuskan mereka tinggal di tempat mertua, biar lebih aman dan nyaman. Jadi biar saya saja yang tinggal di pengungsian," ungkapnya.

Namun, petaka itu datang setelah, Jumat 5 November dini hari, Gunung Merapi mengeluarkan wedhus gembel dan menerjang wilayah-wilayah yang sebelumnya dinyatakan aman, salah satunya desa Bronggang. "Saya kaget ternyata desa Bronggang sudah diterjang oleh awan panas. Padahal sebelumnya daerah itu masih aman," kenangnya lirih.

Tanpa pikir panjang, Gono langsung bergegas dari tempat pengungsian di Deles untuk menjemput keluarganya di Bronggang. Namun upaya itu terlambat karena awan panas lebih cepat memporak-porandakan dusun Bronggang. "Saya coba naik ke sana (Bronggang) tapi oleh petugas dilarang karena situasi sudah mencekam dan sangat berbahaya," ujarnya sambil meneteskan air mata.

Tidak menyerah dan putus asa, Gono pun berupaya mencoba menghubungi istrinya melalui handphone, namun lagi-lagi upaya tersebut tak membuahkan hasil, pasalnya handphone milik istrinya, Masini, sudah tidak aktif. "Saya cuma bisa nangis dan tak bisa apa-apa lagi," ungkap dia.

Hingga saat ini Gono belum juga mengetahui keberadaan keluarganya. Namun berbagai upaya terus dilakukan salah satunya mencari di tempat-tempat pengungsian hingga kamar mayat rumah sakit di Kalten dan Yogyakarta. "Keluarga saya yang hilang delapan orang yakni Masini (istri), Aprina dan Noval (anak), Triutama (keponakan), Hadi Suprihatin (mertua), Surat dan Wiriyadi (sepupu)," jelas dia.

Gono menduga saat kejadian itu berlangsung keluarganya masih berada di dalam rumah dan terjebak oleh wedhus gembel. "Sorenya saya sempat kontak istri, mereka berada di rumah dan situasinya aman," ingat Gono.

Namun ternyata itu merupakan kontak terakhirnya dengan sang istri. "Kalau memang mereka semua tewas saya harus lihat jenazahnya," katanya seraya berharap keajaiban bisa menemukan keluarganya dalam keadaan masih hidup.

• VIVAnews

ads

Ditulis Oleh : Zavadesignart Hari: 12:38 AM Kategori:

0 komentar:

Post a Comment